Malam ini aku kembali memutar kenangan tentangmu, entah kenapa setiap kali aku merasa sepi mengingatmu menjadi pilihan nomor satu di hatiku.
Ada sejuta alasan mengapa otakku selalu saja membwaku kembali ke waktu itu, waktu dimana aku dan kamu masih menjadi kita. Ketika pembahasan utama masih soal cinta.
Ada banyak kenangan tentang kedekatan kita. Berawal dari candaan hingga jatuh cinta suguhan.
Bagaimana aku yang tak mudah tertarik pada seseorang harus mencari cara mendekatimu, sebab meski sering bersama namun kita bukan sosok yg akrab.
Aku ingat betul bagaimana aku berusaha melafalkan nama mu yang panjang dan rumit itu. Lalu menjadikannya perbincangan sebagai awal dari pendekatan.
Aku mencintaimu sejak awal pertemuan, hanya saja aku tak mampu mengakui segalanya. Mencoba mencari cara agar bisa lebih dekat denganmu. Lalu kau yang sedang mendapat masalah menjadi awal dari kedekatan kita. Berawal dari telefonan karena ada masalah sampai pada pembicaraan yang tak ada habisnya.
Kita semakin dekat, setiap hari kita habiskan berjam-jam saling bicara ditelefon entah membahas apa tapi satu yang ku ingat kita bahagia.
Berbulan-bulan lamanya kita saling dekat tanpa status yang jelas, hingga pada kesempatan itu ketika ku mantapkan keberanian ku mengungkapkan cinta kepadamu. Kau menerimaku meskipun aku harus berupaya meyakinkan mu.
Hari berjalan kita makin bahagia, jelas saja sebab kita adalah sepasang kekasih yang sedang cinta-cintanya. Meski jarang bertemu secara langsung tapi kita selalu meluangkan banyak waktu untuk tetap bersama. Tentunya lewat telepon.
Sangat banyak kenangan bahagia yang kita goreskan. Puisi-puisiku, bahkan tulisan namaku dan namamu yang kutuliskan dengan huruf Arab yang kau tempel didinding kamarmu.
Mata dan bulu lembut di keningmu masih sangat jelas tergambar di hayalku. Ada bahagia yang bersamaan dengan sesak jika mengingatnya.
Berjuta sesal hadir di menghakimi rasa bersalah ku. Terlampau banyak kata seandainya hadir di ruang penyesalanku.
Seadainya dulu... Hmm rasa sesak makin memenuhi dadaku jika kata itu hadir dipikaranku. Rasanya ruang seketika kedap udara. Aku masih tersandra di penyesalan yang parah. Hingga sampai saat ini, saat aku menuliskan tulisan ini aku masih saja menjadi penanti maaf dari hatimu yang dulu ku sakiti.
Faisal Poluan
Jumat 9 Oktober
03.28
Komentar
Posting Komentar